Dari Kampus Menuju Industri: Lomba Video Animasi Nasional 2025 Buka Jalan Animator Indonesia

Malam Puncak Acara “Awarding Night Lomba Video Animasi.
Sumber :
  • Istimewa

VIVA Jakarta - Industri digital dan Artificial Intelligence/AI bakal berkembang pesat ke depannya sehingga perlu jadi perhatian khusus. Maka itu, generasi muda saat ini perlu didorong untuk terlibat dalam industri kreatif di Tanah Air.

Demikian hal itu disinggung saat malam puncak acara “Awarding Night Lomba Video Animasi” kolaborasi spesial antara INDOPOSCO X Universitas Budi Luhur (UBL) yang digelar di kampus UBL, Jakarta, Selasa malam. 

Rektor UBL, ⁠Prof. Dr. Agus Setyo Budi mengatakan lomba video animasi nasional 2025 mendorong tumbuhnya industri kreatif di Tanah Air. Menurut dia, event itu juga mampu mengikis gap antara teori yang diterima mahasiswa di kampus dan kebutuhan industri.

"Jadi, lomba video animasi nasional 2025 ini menjadikan link and match lulusan perguruan tinggi dan kebutuhan industri," kata Prof. Agus, dikutip pada Rabu, 20 Agustus 2025.

Agus mengingatkan agar para peserta tak berhenti di tingkat lomba video animasi nasional 2025. Namun, harus terus berkarya. 

"Apa yang dilakukan hari ini untuk menatap masa depan. Ini hanya langkah awal, dan kegiatan ini harus dilakukan kontinyu," ujar Prof Agus.

Komisaris Utama PT Indonesia Digital Pos Syarif Hidayatullah menyampaikan agar mahasiswa lulusan Teknologi Informasi harus bisa menguasai animasi. Menurut dia, lomba video animasi nasional 2025 jadi langkah awal para calon-calon animator Indonesia.

"Para peserta jangan berhenti di event ini. Ini hanya awal saja, lihat bagaimana film animasi Jumbo bisa menarik lebih dari 10 juta penonton," ujar Syarif.

Malam Puncak Acara Awarding Night Lomba Video Animasi.

Photo :
  • Istimewa

Dia mencontohkan dengan memberi motivasi bahwa mahasiswa calon animator nanti mesti bisa melampaui karya film Jumbo. "Bukan saja di tingkat nasional tapi juga tingkat internasional," lanjut Syarif.

Adapun, Staf Khusus Wakil Presiden RI, Achmad Adhitya, mengatakan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka mendukung kegiatan lomba video animasi. Kata dia, Gibran ingin sekali melihat kemampuan kampus-kampus dalam mengelola film animasi.

"Pak Wapres ingin sekali melihat kampus-kampus mana yang memiliki laboratorium animasi. Insya Allah akan kita jadwalkan melihat laboratorium milik UBL," jelas Aditya.

Dia bilang ke depan industri digital dan AI akan berkembang pesat. Bahkan, kata dia, negara seperti Laos dan Kuba kini berlomba-lomba mengembangkan industri digital. 

"Ke depan ini (digital dan AI) akan jadi game changer. Jadi, lomba video animasi nasional 2025 ini luar biasa. Dan, bisa menjadi awal untuk membangun ekosistem," kata Aditya.

Ia mencontohkan pesatnya perkembangan teknologi di negara China. Kemajuan di China banyak sekali teknologi yang belum pernah ditemukan di Indonesia. 

Salah satunya seperti ada 40 rumah sakit yang tak lagi menggunakan tenaga medis atau dokter. Dengan demikian, pasien bisa melakukan konsultasi dan dapat pelayanan dengan Bantian teknologi digital dan AI.

Bagi dia, event lomba video animasi 2025 ini bukan sekedar kompetisi semata. Namun, menurut dia, bisa jadi wadah untuk melihat talenta-talenta Indonesia di bidang film animasi.  

Adapun, Deputi Bidang Kreativitas Media, Kementerian Ekonomi Kreatif RI, Agustini Rahayu mengatakan potensi film animasi di Indonesia sangat besar. Hal itu terlihat pascafilm Jumbo yang menarik lebih dari 10 juta penonton di Tanah Air.

"Sukses film animasi Jumbo menjadikan animator Indonesia semangat. Dan, ini jadi titik terang industri animasi dan video di Tanah Air," ujarnya. 

Agustini menurutkan perkembangan film animasi di Indonesia saat ini sangat luar biasa. Sebab, dalam dekade terakhir pertumbuhannya mencapai 26 persen pertahun. 

"Dengan keberhasilan film animasi Jumbo, kita harus membangun animator-animator yang lebih berkualitas lagi," katanya.

Lebih lanjut, dia mengatakan animator Indonesia bukan lagi amatir. Banyak animator Indonesia terlibat dalam karya animasi dunia, salah satunya film animasi Avengers. 

"Dalam film animasi Jumbo ada 463 animator dilibatkan. Sebagus Jumbo saja perlu waktu panjang. Jadi harus bersabar, ke depan pembuatan film animasi bisa dibantu dengan AI," ujar Agustini. 

Menurut dia, kehadiran AI bisa dilihat dari sisi positifnya yaitu bisa membantu nilai kreatifitas.

"Jadi, AI ancaman animasi atau tidak? Sebetulnya tidak, tapi kehadiran AI justru membantu dengan nilai kreatif yang lebih tinggi. Kita tidak bisa menutup mata dengan teknologi," katanya.