Harga Gabah Melonjak, Pedagang Beras Cipinang Rugi Puluhan Juta

Seorang pedagang beras di Pasar Induk Beras Cipinang
Sumber :
  • ANTARA/Aria Ananda

VIVA Jakarta – Sejumlah pedagang di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), Jakarta Timur, mengeluhkan tingginya harga gabah yang membuat beras premium sulit dijual sesuai harga modal. Kondisi ini berimbas pada kerugian besar yang harus mereka tanggung.

Harga gabah di tingkat petani saat ini mencapai Rp8.200 per kilogram (kg). Dengan kondisi tersebut, modal untuk mendapatkan beras premium bisa tembus Rp14.000 per kg ke atas. Jika ditambah biaya distribusi, harga jual sulit ditekan di bawah Rp15.000 per kg.

Akibat selisih harga ini, pedagang mengaku rugi hingga puluhan juta rupiah karena penjualan tidak mampu menutup biaya modal.

Abdul Malik (45), pedagang yang sudah 15 tahun berjualan di PIBC, menuturkan kualitas beras premium juga kerap tidak sebanding dengan harga. Ia bahkan pernah menjual dengan selisih rugi Rp2.000 per kg.

“Belum lagi ada yang fisiknya (beras premium) yang remuk atau kualitasnya ada yang kurang bagus. Jadi, ada yang malah jual rugi Rp12.800 per kg. Memang terlihat kecil (selisih Rp2.000 per kg) tapi kalau transaksinya sudah berton-ton, kerugiannya bisa Rp28 juta sampai Rp40 juta,” kata Abdul, Senin (8/9).

Ia menambahkan, kondisi pasar yang tidak stabil juga menambah tekanan. “Hari ini bisa ramai, besok bisa sepi. Jadi sulit diprediksi,” ujarnya.

Pedagang lain, Suyatno (52), menyebut stok beras premium dari petani sebenarnya cukup. Namun pedagang enggan membelinya karena khawatir merugi. Ia menyoroti mekanisme panen yang tidak serentak sebagai biang keladi harga beras mudah dimainkan.

“Kalau panen tidak serentak, harga gampang dipermainkan. Pemerintah sebaiknya jangan hanya mengawasi pedagang, tapi juga mengatur agar panen lebih terjadwal,” kata Suyatno.

Menurutnya, harga beli beras premium dari daerah bisa mencapai Rp14.500 per kg. Setelah ditambah biaya transportasi dan operasional, harga jual bisa tembus Rp15.000 per kg.

“(Suplai beras) premium sih ada, tapi pedagang banyak simpan. Kalau nekat jual, bisa mahal atau malah jual rugi,” tambahnya.

Berdasarkan data Badan Pangan Nasional (Bapanas), harga beras premium di tingkat konsumen per 8 September tercatat Rp15.733 per kg, sedangkan beras medium Rp13.759 per kg.

Harga premium tersebut lebih tinggi dibandingkan harga eceran tertinggi (HET) nasional dan zona 1 sebesar Rp14.900 per kg, serta HET zona 2 Rp15.400 per kg. Harga itu hanya sedikit lebih rendah dari HET zona 3 sebesar Rp15.800 per kg.

Perbedaan harga ini membuat posisi pedagang kian sulit. Mereka khawatir pembeli beralih ke beras medium dalam jangka panjang. Karena itu, pedagang mendesak pemerintah agar memberi perhatian serius pada rantai pasok, mulai dari produksi hingga distribusi, demi menstabilkan harga beras dan menekan kerugian di tingkat pedagang. (ANT)