Serukan Perdamaian di PBB, Prabowo Ingatkan Dunia pada Sejarah Kelam Penjajahan RI
- Antara
VIVA Jakarta – Presiden RI Prabowo Subianto tampil di podium Sidang Majelis Umum PBB ke-80 di New York dengan pesan yang kuat: persatuan umat manusia di tengah perbedaan bangsa, ras, dan agama. Ia menegaskan, pada hakikatnya seluruh umat manusia adalah satu keluarga besar yang memiliki hak asasi yang sama.
“Kita berbeda dalam ras, agama, dan kebangsaan. Namun, hari ini kita tetap bersatu sebagai satu keluarga umat manusia,” ucap Prabowo di hadapan para pemimpin dunia.
Presiden RI Prabowo Subianto berbicara di KTT PBB
- Antara
Prabowo menekankan bahwa setiap makhluk Tuhan diciptakan setara, dengan hak-hak asasi yang mencakup hak untuk hidup, kebebasan, dan mengejar kebahagiaan. Ia menyinggung bahwa semangat Declaration of Independence Amerika Serikat turut menginspirasi perjuangan demokratis di seluruh dunia, termasuk kemerdekaan Indonesia.
Menurutnya, prinsip kesetaraan manusia adalah kebenaran universal yang membuka jalan bagi terciptanya keadilan dan kemajuan global. Namun, di balik capaian sains dan teknologi, ancaman terhadap kemanusiaan masih nyata.
“Dalam era penuh kemenangan sains dan teknologi, kita tetap menghadapi bahaya, tantangan, dan ketidakpastian,” tegasnya.
Dengan menyinggung pengalaman sejarah Indonesia yang pernah dijajah, Prabowo menyampaikan empati yang mendalam terhadap bangsa-bangsa yang masih menghadapi penindasan.
“Bangsa saya, Indonesia, sangat memahami perasaan itu. Selama berabad-abad, rakyat kami hidup di bawah penjajahan, penindasan, dan ketidakadilan. Kami tahu bagaimana rasanya kehilangan hak, diperlakukan tidak setara, dan diabaikan dari kesempatan yang sama,” ujarnya.
Ia mengajak negara-negara anggota PBB untuk tetap menjaga cita-cita kemanusiaan, memperkuat multilateralisme, serta menjadikan institusi global sebagai benteng terakhir menghadapi ketidakpastian dunia.
Pidato Prabowo yang disampaikan setelah Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump disebut menjadi momentum penting bagi Indonesia dalam menegaskan posisi serta peran aktif di forum internasional.