RI Dinilai Harus Punya GPS Sendiri, Ariksa Ajak Kolaborasi Riset Antariksa
- Istimewa
VIVA Jakarta - Kolaborasi untuk melakukan riset bidang antariksa dinilai perlu dilakukan untuk memperkuat ekosistem antariksa di Tanah Air. Kolaborasi kerja sama itu bisa dengan perguruan tinggi hingga Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Demikian disampaikan Ketua Umum Asosiasi Antariksa Indonesia (Ariksa) Adi Rahman Adiwoso dalam diskusi panel bertajuk "Antariksa: Urgensi dan Relevansi untuk Indonesia" di Jakarta. Menurut dia, Ariksa sudah berkoordinasi dengan BRIN serta Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk melakukan riset di bidang antariksa.
Menurut dia, riset itu seperti mendorong agar RI bisa memiliki Global Positioning System (GPS).
"Kemarin bicara dengan beberapa seperti ITB, PENS, segala macam. Kita perlu pengertian bagaimana kalau Indonesia mempunyai GPS sendiri," kata Adi, dalam diskusi dikutip pada Sabtu, 23 Agustus 2025.
Dijelaskan dia, ada berbagai model hitung-hitungan yang mesti dikerjakan bersama dengan para akademisi. Proses itu yang tak bisa dilakukan secara mandiri oleh industri.
Pun, ia menyinggung peran pemerintah sebagai regulator juga penting. Sebab, pemerintah selaku eksekutif punya regulasi dan sarana untuk mendukung.
"Jadi, kita punya kan, ada industri, teknologi, dan regulasi, supaya memang betul-betul regulasi itu membantu. Jangan menghalangi namun membantu pengembangan," jelas Adi.
Diskusi bertajuk “Antariksa: Urgensi dan Relevansi untuk Indonesia”.
- Istimewa
Sementara, pembicara lain dalam diskusi yaitu Kepala BRIN Laksana Tri Handoko merespons positif jika ada kolaborasi terkait riset.
Menurut dia, pemerintah melalui BRIN perlu peran lintas sektor untuk memaksimalkan riset. Dijelaskan Tri, peran BRIN bisa sebagai pendukung atau fasilitator, termasuk dalam bidang riset dan pengembangan (R&D).
"Harus banyak hal yang kita lepaskan ke swasta, baik pemerintah murni seperti kami di BRIN atau semi-pemerintah seperti BUMN," ujarnya.
Tri Handoko menceritakan pesan dari Presiden Prabowo Subianto soal membangun Sekolah Garuda. Ia bilang Sekolah Garuda itu disiapkan untuk mencetak sumber daya manusia (SDM) berkualitas yang paham sains dan teknologi.
"SMA yang akan memiliki kualitas sangat tinggi, dan menghasilkan lulusan-lulusan SDM sains dan teknologi, yang akan bisa mengambil pendidikan terbaik di dunia, baik di luar negeri maupun di dalam negeri," ujar Tri Handoko.
Diskusi bertajuk “Antariksa: Urgensi dan Relevansi untuk Indonesia”.
- Istimewa
Adapun Dewan Pengawas Ariksa, Sofyan A. Djalil menyampaikan faktor penting lain dalam pengembangan dunia antariksa adalah biaya. Bagi dia, biaya penting untuk keberlangsungan riset antariksa.
Menurut Sofyan, faktor penting dalam riset antariksa adalah memiliki regulasi denan dukungan pemerintah. Namun, ia tak menafikan karena hal itu juga tak mudah.
Bagi dia, jika bisa membangun ekosistem yang bagus maka akan tercipta potensi besar. "Kalau kita ciptakan ekosistem yang bagus, kemudian lokasi kita yang tepat sekali, saya pikir ekonomi antariksa di Indonesia di masa depan itu akan cukup potensi bertambah," kata Sofyan.