Green Drilling Project ala Pertamina, Memanfaatkan Flare Gas untuk Pengeboran
- Dok. Pertamina Drilling
Jakarta – Salah satu anak usaha PT Pertamina Hulu Energi (PHE) sebagai Subholding Upstream Pertamina, PT Pertamina Drilling Services Indonesia (Pertamina Drilling) memperkenalkan inisiatif energi ramah lingkungan melalui Green Drilling Project.
Proyek strategis ini mengusung pemanfaatan flare gas sebagai sumber energi alternatif dalam operasional rig, menggantikan penggunaan bahan bakar diesel yang selama ini mendominasi sektor pengeboran.
Direktur Utama Pertamina Drilling, Avep Disasmita, menyampaikan bahwa proyek ini sejalan dengan komitmen keberlanjutan Pertamina, khususnya dalam mendukung pilar “Addressing Climate Change” yang berfokus pada penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK).
“Sebagai bagian dari grup Pertamina, kami berkomitmen berkontribusi aktif dalam pengurangan emisi GRK melalui layanan pengeboran terintegrasi kami,” ujar Avep dikutip dalam keterangan resmi PHE, Senin, 11 Agustus 2025.
Rig PT Pertamina Drilling Services Indonesia
- Dok. PDSI
Pertamina Drilling telah mengalami transformasi signifikan dari penyedia jasa rig menjadi perusahaan penyedia layanan end-to-end well construction. Saat ini, Pertamina Drilling mengelola 53 unit rig, termasuk 2 unit offshore work over rig dan 2 unit jack-up rig, serta didukung berbagai jasa pengeboran terkait, layanan umum, dan pengembangan tenaga ahli melalui Indonesia Drilling Training Center (IDTC).
Untuk menjawab tantangan efisiensi energi dan emisi, Pertamina Drilling menawarkan solusi dengan memanfaatkan flare gas yang selama ini dibakar dan menjadi penyumbang utama emisi GRK melalui teknologi Modular Gas-to-Liquid (GTL) Plant. Teknologi ini mengubah gas menjadi synthetic diesel dan atau metanol yang dapat dicampurkan langsung dengan diesel fuel atau solar (blended fuel) dengan takaran tertentu dan digunakan sebagai bahan bakar rig.