Fenomena Rojali-Rohana: Kenapa Banyak Orang Cuma Datang Tapi Jarang Beli?
- VIVA/ pixabay.com/WonderfulBali
Jakarta – Fenomena ‘rojali’ alias rombongan jarang beli, saat ini semakin ramai diperbincangkan publik terutama di media sosial. Juga ada yang disebut ‘rohana’ alias rombongan hanya nanya.
Persoalan ini muncul, setelah banyak pelaku usaha kecil, pedagang kaki lima, sampai toko oleh-oleh mulai mengeluh. Yang biasa terjadi adalah datangnya ramai-ramai tapi belanjanya tidak seberapa.
Fenomena seperti ini, juga turut direspon oleh anggota DPR RI. Yang menilai ada kondisi ekonomi di tengah-tengah masyarakat yang tidak baik-baik saja.
“Kita tidak bisa menutup mata. Fenomena Rojali dan Rohana mencerminkan kondisi ekonomi masyarakat yang sedang lesu. Ini alarm penting bahwa daya beli terus melemah dan harus segera disikapi,” ujar anggota Komisi XI DPR RI dari Fraksi PKB, Tommy Kurniawan dalam keterangannya, seperti dikutip dari VIVA, Selasa, 5 Oktober 2025.
Yang paling sering terlihat adalah cuma foto-foto, habis itu pergi. Kenapa sih ini bisa terjadi? Yuk, kita bahas bareng-bareng!
1. Wisata Budget Murah Meriah
Tak bisa dipungkiri, saat ini banyak banget paket wisata yang harganya super miring alias murah. Biasanya ini buat pelajar, mahasiswa, atau komunitas. Namanya juga irit-iritan, uang jajan pas-pasan, jadi nggak heran kalau mereka lebih fokus ke jalan-jalan dan foto-foto, daripada belanja.
2. Utamakan Update Story Belanja Kemudian (Kalau Sempat)
Era media sosial saat ini menggirinig budaya untuk memamerkan aktivitas melalui media sosialnya. Zaman sekarang, banyak orang ke tempat wisata nggak lengkap kalau belum update di feed Instagram atau story. Pokoknya yang penting eksis dulu. Lalu setelah foto-foto baru beli? Tidak dong, urusan beli nanti belakangan. Masalahnya kadang ‘nanti’ itu benar-benar nggak pernah kejadian. ߘ
3. Uang Pas-pasan, Belanja Jadi Nomor Dua
Harga-harga kebutuhan pokok pasti naik. Budget makan dan transportasi pasti akan dipertimbangkan. Tapi di sisi lain, banyak orang yang tetap ingin liburan maka mereka harus berhemat. Akhirnya, budget belanja yang ditekan, atau bahkan dikorbankan.
4. Produknya Kurang Menarik?
Terkadang keputusan untuk membeli suatu barang, termasuk di toko oleh-oleh atau stand UMKM, tergantung selera. Keputusan membeli adalah selera, ditambah isi kantong. Maka kemasan produk yang dijual juga harus inovatif, kekinian, agar menyesuaikan dengan selera anak muda. Bila tidak, ya jadinya mereka cuma liat-liat doang.
5.Nggak Tahu Kalau Beli Itu Ngebantu
Membeli barang dagangan orang itu prinsipnya membantu ekonomi juga sebenarnya lho. Tapi edukasi soal ini masih minim. Padahal membeli satu produk saja itu punya dampak besar buat penjualnya.
Minimnya kesadaran orang tentang ini, membuat fenomena ‘rojali’ bahkan ‘rohana’ atau rombongan hanya nanya, semakin marak. Sebagai wisatawan, kita juga bisa bantu ekonomi lokal dengan cara simpel kok, misalnya beli satu dua produk dari UMKM setempat.
Nggak cuma dapet barang unik, tapi juga bikin liburan kita lebih bermakna. Yuk, jadi wisatawan yang bijak!