Anggota DPR yang Picu Kemarahan Publik Diminta Ksatria dan Berani Mundur
- Antara
VIVA Jakarta - Insiden demo yang berujung ricuh dengan menelan korban jiwa terjadi pada Kamis malam (28/8), jadi sorotan luas. Demo itu terjadi karena latar belakangnya diduga 'dipicu' sikap dan pernyataan kontroversial sejumlah anggota DPR RI.
Sekretaris Jenderal Presidium Pusat Himpunan Mahasiswa Buddhis Indonesia (PP Hikmahbudhi), Dwi Purnomo menyampaikan duka yang mendalam atas meninggal dunia driver ojol Affan Kurniawan karena terlindas rantis Brimob saat demo ricuh di sekitaran gedung DPR pada Kamis malam.
Dwi bilang untuk anggota DPR yang sudah memicu kemarahan publik agar bersikap ksatria dengan memilih mundur sebagai wakil rakyat di Senayan. Menurut dia, sikap dan pernyataan beberapa anggota DPR dinilai kontroversial dan berpotensi memantik kegaduhan publik.
“Tuntutan ini muncul setelah rentetan peristiwa yang berawal dari sejumlah pernyataan kontroversial anggota dewan yang dinilai sangat sensitif dan menuai kecaman luas, yang akhirnya memicu aksi unjuk rasa di depan gedung DPR RI yang berujung kericuhan dan merenggut nyawa pengendara ojol," kata Dwi, kepada wartawan, Sabtu, 30 Agustus 2025.
Sekjen Presidium Pusat Hikmahbudhi Dwi Purnomo.
- Istimewa
Dijelaskan dia, rangkaian peristiwa memicu kemarahan publik berawal dari isu kenaikan tunjangan anggota DPR RI yang ramai diperbincangkan. Wacana itu muncul di tengah situasi ekonomi rakyat yang masih sulit.
Wacana itu langsung memantik rasa kesal dan kemarahan di kalangan publik. Sebab, rencana kenaikan tunjangan anggota DPR itu tak memahami penderitaan rakyat.
Dwi juga menyindir pernyataan Anggota DPR Fraksi Nasdem Ahmad Sahroni yang seperti membuat publik marah semakin menjadi-jadi.
“Kemarahan itu semakin menjadi-jadi setelah pernyataan Ahmad Sahroni, anggota DPR Fraksi Nasdem. Dalam suatu kesempatan, Sahroni menyatakan rakyat tolol dan mencemooh kritikan dan aspirasi rakyat yang ditujukan kepada anggota DPR RI," lanjut Dwi.
Dia menyebut omongan Sahroni itu sangat arogan dan tak memiliki empati. Maka, wajar jika pernyataan Sahroni mendapat kecaman dari berbagai pihak
Pun, ada juga anggota DPR Fraksi Nasdem yang notabene latar belakang pesinetron yakni Nafa Urbach di media social bicara tunjangan wakil rakyat agar sebagai kompensasi mobilitas anggota DPR hingga kompensasi rumah dinas. Pernyataan Nafa Urbach itu dianggap tak menunjukkan rasa peka dan empati ternyata ekonomi rakyat yang sedang lesu.
"Organisasi-organisasi kemasyarakatan, termasuk Hikmahbudhi menyoroti bahwa akar masalahnya adalah pemikiran dan pernyataan anggota DPR RI yang cenderung serakah dan sikap arogan dalam menjawab kritik," ujar Dwi.
Dia mengkritisi dengan mengingatkan agar pernyataan Anggota DPR yang membuat publik geram sehingga terjadi demo ricuh. "Jangan sampai pernyataan dan perilaku DPR RI membenturkan dengan massa demo kepada polisi sehingga mengakibatkan kerusuhan," sebut Dwi.
Lebih lanjut, Dwi juga mengecam segala bentuk kekerasan yang dilakukan aparat. Namun, ia menuntut akuntabilitas moral dari para pemicu awal kemarahan publik yaitu pernyataan-pernyataan yang tidak empatik dan menunjukkan sikap arogan dari Anggota DPR RI.
"Oleh karena itu, mendesak dengan sangat kepada anggota DPR yang bersangkutan agar secara terbuka dan ksatria meminta maaf kepada seluruh rakyat Indonesia. Dan, yang terpenting mengundurkan diri dari kursi DPR sebagai bentuk pertanggungjawaban moral," ujar Dwi.