Riset: Produk Tembakau Alternatif Bisa Turunkan Prevalensi Merokok, Tapi Masih Disalahpahami

Imbauan dilarang merokok di transportasi umum. (Foto ilustrasi).
Sumber :
  • Dok. VIVA.co.id

VIVA Jakarta - Muncul persepsi keliru di tengah masyarakat terkait produk tembakau alternatif seperti rokok elektronik yang dianggap lebih berbahaya dari rokok. Persepsi keliru itu dinilai jadi penghambat dalam upaya mengurangi bahaya tembakau. Ada salah kaprah yang perlu diluruskan soal persepsi itu.

RI Dinilai Harus Punya GPS Sendiri, Ariksa Ajak Kolaborasi Riset Antariksa

Merujuk tinjauan sistematis terbaru berjudul 'Interventions to change vaping harm perceptions and associations between harm perceptions and vaping and smoking behaviours' yang dipublikasikan di jurnal Addiction pada Juli 2025, menunjukkan adanya salah kaprah mengenai produk tembakau alternatif. Persepsi keliru mencuat yang menyebabkan perokok dewasa seperti enggan beralih ke produk rendah risiko kesehatan tersebut.

Pakar Kecanduan Tembakau dari King’s College London (KCL), Profesor Ann McNeill menjelaskan kesalahpahaman persepsi mengenai perbedaan risiko antara merokok dan penggunaan produk alternatif. Menurut dia, hal itu berdampak besar terhadap perubahan persepsi serta perilaku.

Lentera National Luncurkan Sekolah Terbaru di Park Serpong, Siap Tampung 1.500 Siswa

Anggapan penggunaan produk tembakau alternatif sama berbahayanya dengan merokok bisa menghalangi perokok dewasa untuk berhenti merokok dan mencoba alternatif yang lebih rendah risiko. Padahal, penelitian menunjukkan bahwa produk ini, meskipun tidak bebas risiko, lebih efektif daripada terapi pengganti nikotin,” kata Ann McNeill, dalam laman kcl.ac.uk yang dikutip pada Jumat, 19 September 2025.

McNeill membeberkan tinjauan itu mengkaji 85 studi tentang komunikasi risiko terkait penggunaan produk tembakau alternatif yang mencakup intervensi untuk remaja dan orang dewasa. Hasil studi itu menekankan bahaya dan sifat adiktif produk tembakau alternatif memang efektif mengubah persepsi.

Kolaborasi Industri dan Kampus, Mahasiswa Vokasi UI Siap Hadapi Era Kepelabuhanan Digital

{{ photo_id=1433 }}

Namun, ia bilang sering kali memperkuat kesalahpahaman bahwa produk tembakau alternatif setara atau lebih berbahaya dari pada rokok.

Kesalahpahaman ini bisa diluruskan jika masyarakat mendapatkan informasi yang akurat. Komunikasi yang jelas dan berbasis bukti ilmiah diperlukan untuk meningkatkan pemahaman publik,” jelas McNeill.

Tantangan di RI

Ketua Asosiasi Konsumen Vape Indonesia (Akvindo) Paido Siahaan menyampaikan kondisi di Tanah Air Indonesia tak jauh berbeda. Kata dia, publik masih punya persepsi keliru terhadap produk tembakau alternatif. Kondisi itu bisa jadi hambatan untuk mengurangi konsumsi merokok di Indonesia.

“Banyak perokok dewasa menjadi ragu atau takut beralih, sehingga tetap terjebak merokok dan kehilangan kesempatan mengurangi risiko kesehatannya,” tutur Paido dalam keterangannya, dikutip pada Jumat, 19 September 2025.

Paido menuturkan produk tembakau alternatif mestinya dilihat sebagai bagian dari strategi pengurangan risiko (harm reduction). Khususnya bagi perokok dewasa yang selama ini kesulitan mengurangi kebiasaan buruknya melalui metode konvensional seperti terapi pengganti nikotin maupun konseling.

Dia membeberkan dari studi negara maju di Inggris, Selandia Baru, dan Jepang memperlihatkan penggunaan produk tembakau alternatif bisa menurunkan prevalensi merokok secara signifikan. Tapi, di Indonesia sebaliknya karena masih kalah yang dipicu stigma dan misinformasi.

"Sayangnya di Indonesia, informasi publik yang mendukung pendekatan ini masih minim, bahkan sering kalah oleh stigma dan misinformasi,” ujar Paido.

Dijelaskan Paido, produk tembakau alternatif juga tak sepenuhnya bebas risiko. Tapi, ia bilang merujuk sejumlah kajian ilmiah independen di dalam dan luar negeri, produk tembakau alternatif teruji lebih rendah risiko daripada rokok.

Kata dia, dengan fakta-fakta itu, maka yang perlu diinformasikan secara luas untuk mendorong perokok dewasa beralih ke produk tembakau alternatif. Selain itu, mengedukasi publik bahwa produk ini tidak diperuntukkan bagi anak-anak dan non-perokok.

“Masyarakat harus mendapat informasi yang jujur dan seimbang. Produk tembakau alternatif bukan tanpa risiko, tetapi risikonya jauh lebih rendah dibanding rokok,” kata Paido.

Lebih lanjut, dia mengatakan pihak Akvindo juga sudah melakukan berbagai langkah untuk mendukung kampanye berseperti kampanye bahaya tembakau. Hal itu mulai melakukan edukasi berbasis data, dialog dengan regulator, kerja sama bersama tenaga kesehatan, hingga kampanye digital. Begitu pun dengan upaya pendampingan konsumen dewasa juga sudah jadi ikhtiar Akvindo.

Sebab, pendampingan konsumen diperlukan agar mereka yang ingin beralih dapat panduan yang benar. Menurut dia, kunci keberhasilan untuk menurunkan prevalensi merokok ada pada komunikasi publik yang jelas, proporsional, dan berbasis bukti.

“Kami ingin memastikan perokok dewasa yang ingin beralih mendapat informasi yang tepat, cara penggunaan yang aman, dan dukungan yang memadai,” kata Paido.