Pidato Prabowo di PBB Berani tapi Penuh Tantangan, Ini Analisanya

Pengamat Hubungan Internasional, Hafid Adim Pradana
Sumber :
  • Dok Pribadi

"Bagaimana memastikan bahwa komitmen moral demikian dapat diterjemahkan menjadi kebijakan konkret dan konsisten, tanpa terjebak sebagai “speech diplomacy” semata? Indonesia harus mampu menunjukkan bahwa klaim moral itu juga dilengkapi oleh kapasitas institusional dan diplomatik yang tangguh," terangnya.

Menteri Haji Gus Irfan: Tak Boleh Ada Permainan Dalam Urusan Haji

Lanjutnya, yang menjadi pertanyaan juga adalah terkait penekanan solusi dua negara yang menjadi jalan perdamaian. Menurutnya ini memang konsisten dalam platform diplomatik global. Tapi praktiknya sangat kompleks. Seperti dalam pernyataan kalau Indonesia sekaligus menjamin keamanan Israel untuk perdamaian.

"Klaim ini menuntut keseimbangan diplomatik yang sangat rapuh: di satu sisi menyuarakan keprihatinan rakyat Palestina atas penderitaan dan legitimasi, dan di sisi lain menjaga hubungan diplomatik (termasuk terhadap Israel dan sekutunya). Tantangan nyata muncul ketika tekanan politik dan diplomatik di forum PBB atau Dewan Keamanan menuntut konsistensi tindakan, bukan hanya retorika," bebernya.

Guru Besar UI Kagum Pidato Prabowo di Sidang PBB: Saya Bilang Mantap & Menggelegar!

Lebih lanjut, Hafid mengatakan dari perspektif keamanan ontologis (kebutuhan manusia agar merasa aman), pesannya memang penting tetapi implementasi yang sulit. Jelasnya, dalam pidato tersebut disebutkan kalau dunia tak boleh diam melihat rakyat Palestina menderita dan diberlakukan tidak adil.

Tetapi, lanjutnya, bagaimana kontribusi pada mekanisme perlindungan sipil atau advokasi diplomatik yang konkret. Dalam persoalan ini, apakah ada peran Indonesia pada lembaga internasional, seperti dalam bantuan kemanusiaan dan inisiatif perdamaian lokal yang lebih aman.

Eks Diplomat Senior Angkat Dua Jempol untuk Pidato Prabowo di PBB: Indonesia Is Back!

"Tanpa langkah-langkah konkret, narasi moral bisa kehilangan kredibilitas," sebutnya.

Tekanan real politik dari pidato Presiden Prabowo di PBB terutama dari negara-negara besar, menurutnya juga bisa terjadi.  "Klaim bahwa “tiada negara yang dapat menindas seluruh komunitas manusia” dan bahwa “kita mungkin lemah secara individu, tetapi rasa penindasan yang bersatu akan menjadi kekuatan” adalah kalimat yang bergema dan menggugah,".

Halaman Selanjutnya
img_title