Gerakan Boikot Israel Dinilai Harus Tepat Sasaran, Jangan Sampai Timbulkan PHK
- Dok. VIVA
VIVA Jakarta – Gelombang ajakan boikot produk yang dianggap terafiliasi dengan Israel masih terus bergema di ranah publik dan sosial media. Namun, di tengah semangat solidaritas untuk Palestina, sejumlah kalangan mengingatkan agar gerakan ini tidak salah sasaran.
Jika tidak dikelola dengan tepat, boikot justru berisiko menimbulkan kerugian baru bagi pekerja, perusahaan nasional, dan perekenomian Indonesia.
Presiden Asosiasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (Aspirasi) Mirah Sumirat menjelaskan aksi boikot yang tidak berdasar akan merugikan perekonomian yang bisa berimbas negatif terhadap tenaga kerja dan buruh. Kendati merupakan ekspresi aspirasi masyarakat yang sah, namun jika tidak dikelola dengan baik, aksi boikot bisa memperburuk kondisi, terutama bagi pekerja.
Boikot bisa menekan penjualan dan membuat perusahaan mengambil langkah efisiensi, yang ujung-ujungnya berisiko pada pemutusan hubungan kerja (PHK).
“Jadi, meskipun tujuannya baik perlu dipikirkan dampaknya agar tidak justru merugikan pekerja dan perekonomian nasional,” kata Mirah dikutip dalam keterangannya, Selasa, 16 September 2025.
Pekerja Indonesia. (Foto ilustrasi).
- Antara FOTO
Menurut Mirah, sejauh ini penurunan daya beli menjadi penyebab utama peningkatan PHK oleh perusahaan. Namun, ada faktor lain yang turut berperan, seperti pelemahan ekspor akibat kondisi global, ketidakpastian investasi, dan perubahan pola konsumsi masyarakat. Di saat yang sama, gerakan boikot tanpa dasar yang jelas juga menjadi faktor yang turut memperparah situasi.