Target Impor Jutaan Sapi Perah Masih Jauh, Industri Susu Nasional Gelisah

Indonesia kembali kedatangan 523 ekor sapi perah dari Australia
Sumber :
  • Dok. Istimewa

VIVA Jakarta – Sebanyak 523 ekor sapi perah asal Australia kembali didatangkan ke Indonesia. Pengiriman ini diprakarsai PT Asli Juara Indonesia (AJI) bersama North Australian Cattle Company (NACC) dan disambut langsung di Pelabuhan Tanjung Priok oleh perwakilan Kementerian Pertanian, Drh. Hendra Wibawa, M.Si., Ph.D.

Pulih dari Cedera, Ginting Tak Mau Buru-buru Pasang Target Tinggi di Kejuaraan Dunia 2025

Dalam sambutannya, Hendra memberi apresiasi kepada pelaku usaha yang ikut mendorong percepatan impor sapi perah. Namun di balik optimisme itu, ada catatan besar. Hingga September 2025, jumlah sapi perah yang masuk baru 11.500 ekor, jauh dari target tahunan 150 ribu ekor. Padahal, pemerintah telah menggagas program ambisius: impor satu juta ekor sapi perah dalam lima tahun.

Direktur PT AJI, Wahyu Suryono Pratama, menegaskan impor sapi bukan sekadar bisnis, melainkan kebutuhan strategis.

Inspiratif! Haji Robert & Al Qohhar Antar Anak Yatim Piatu Berpeluang Menembus Karir Global

“Kami tidak bisa diam melihat 80 persen kebutuhan susu terus dipenuhi dari impor bubuk. Kalau ini dibiarkan, bangsa ini akan selamanya bergantung pada pasar luar negeri,” ujarnya.

Nada serupa datang dari Syafeezan, CEO N9 Dairy Farm. Menurutnya, impor sapi hanyalah langkah awal, yang lebih penting adalah reformasi ekosistem susu nasional.

Geger Sengketa Tanah Depok: Hakim Cek Lokasi, Terpidana Soleh Diduga Gunakan Dokumen Palsu

“Kami percaya impor sapi perah hanyalah pintu masuk. Jika IPS masih nyaman dengan susu bubuk impor, maka sebanyak apa pun sapi yang didatangkan tidak akan memberi dampak,” katanya.

Dari kalangan peternak, Bayu Aji H dari Sapiperahfarm.id mengungkap realita pahit di lapangan.

“Susu segar tidak selalu terserap, kadang dibeli dengan harga sangat rendah. Kalau industri masih lebih memilih susu impor, maka peternak akan terus jadi penonton,” tegasnya.

Kondisi ini semakin genting sejak bergulirnya Program Makan Bergizi Gratis (MBG) dan Minum Susu Gratis. Program yang menargetkan 80 juta siswa itu membutuhkan 16 juta liter susu segar setiap hari sekolah, atau setara 3,2 miliar liter per tahun. Padahal, produksi nasional baru 1 miliar liter per tahun.

Dari hitungan teknis, untuk memenuhi kebutuhan tersebut Indonesia memerlukan 800 ribu–1 juta ekor sapi perah produktif. Saat ini populasinya baru sekitar 600 ribu ekor. Kekurangan ratusan ribu ekor menjadi tanda bahaya serius.

Masalah distribusi pun tak kalah pelik. Tanpa rantai dingin yang kuat, susu segar rawan terbuang dan sulit menjangkau daerah terpencil. Jika Industri Pengolahan Susu (IPS) tak segera beralih menyerap susu lokal, tambahan sapi impor hanya akan jadi angka di atas kertas.

Padahal, jika IPS serius, manfaatnya luar biasa: produksi tambahan 2 miliar liter per tahun, penghematan devisa Rp60 triliun, dan ratusan ribu lapangan kerja baru.

Kehadiran 523 ekor sapi asal Australia hari ini memang langkah kecil. Namun, di baliknya ada keresahan besar yang menyuarakan harapan: agar Indonesia tidak terus bergantung pada susu impor dan benar-benar mampu berdiri di atas kaki sendiri.