PLTN Butuh SDM Andal, Indonesia Disarankan Belajar ke Negara Maju
- Istimewa
Jakarta, VIVA - Pemerintah RI tengah menyiapkan proses pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Untuk mendukung pemenuhan tenaga kerja di PLTN, RI disarankan mengirim Sumber Daya Manusia (SDM) ahli ke negara-negara maju yang sudah mengoperasionalkan reactor nuklir.
Demikian dibahas dalam Forum Pekerja Radiasi yang berada di Bawah naungan PT Intergy Indonesia. SDM terbaik untuk pemenuhan tenaga kerja di PLTN dinilai sangat penting.
Anggota pemangku kepentingan Dewan Energi Nasional (DEN), As Natio Lasman mengatakan pemerintah RI harus mengirim tenaga ahli untuk belajar langsung di negara maju yang telah mengoperasionalkan PLTN. Dia menyebut negara maju itu seperti Amerika Serikat (AS), Rusia, hingga China.
"Indonesia harus belajar dari Amerika, Rusia dan China serta mengirimkan tenaga ahlinya untuk belajar mengoperasionalkan reaktor nuklir," kata As Natio dikutip pada Kamis, 31 Juli 2025.
Menurut dia, dengan mengirimkan tenaga ahli nuklir ke negara yang sudah mengoperasionalkan reaktor nuklir sangat penting. Sebab, pemerintah RI berencana akan membangun PLTN di 29 titik lokasi yang salah satunya di Bangka Belitung dan Kalimantan Barat.
Dia pun menyampaikan alas an RI perlu membangun PLTN. Ia bilang hal itu terkait efisiensi di mana 1 gram uranium setara dengan 3 ton batu bara untuk menghasilkan panas yang sama.
Dijelaskan dia, materi uranium sebagai bahan utama PLTN banyak terdapat di Kalimantan, Mamuju Sulawesi dan Sumatera. Dengan demikian, RI tak akan kekurangan cadangan.
Sementara, Direktur PT Intergy Indonesia - Muhammad Mauliddin Nugraha yang turut jadi pembicara di forum juga melontarkan pandangannya. Ia mengaku pihaknya ditunjuk secara langsung oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) sebagai lembaga pelatihan bersertifikasi pada bidang tenaga nuklir.
Dia menekankan, Intergy termasuk mampu mensertifikasi para pekerja seperti petugas proteksi radiasi dan petugas eamanan zat radioaktif.
"Tugas kami pada forum ini adalah memberikan wawasan terkait Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) yang dalam waktu dekat akan dibangun di Indonesia," ujar Mauliddin.
Lebih lanjut, ia menaruh harapan dengan materi yang dipaparkan, para peserta memahami seberapa besar peluang serapan tenaga kerja serta bidang yang dibutuhkan di PLTN tersebut.
Mauliddin menambahkan jika PLTN jadi dibangun, RI dianggapnya sudah mampu dari sisi pengadaan SDM. Ia mengatakan demikian karena salah satunya RI memiliki Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir. Sekolah itu kini berubah menjadi Politeknik Teknologi Nuklir Indonesia yang berada di Yogjakarta.
Kemudian, ia menuturkan di bawah otoritas BRIN, politeknik tersebut menyelenggarakan pendidikan formal vokasi untuk mencetak para ahli teknologi nuklir. Sementara, PT Intergy Indonesia berperan menyelenggarakan pelatihan dan memberikan kompetensi khusus di bidang ketenaganukliran untuk para pekerja.
Sebelumnya dalam pelaksanaan seminar terkait nuklir yang digelar Forum Pekerja Radiasi turut hadiri sejumlah pembicara seperti Plt. Kepala Badan pengawas tenaga nuklir (BAPETEN). Selain itu, hadir juga Dewan Energi Nasional (DEN), Presiden China National Nuclear Corporation Indonesia, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) serta Balai besar survei dan pengujian KEBTKE.
Adapun Forum Pekerja Radiasi sendiri beranggotakan para pekerja radiasi termasuk alumni pelatihan dan sertifikasi petugas proteksi radiasi di PT Intergy Indonesia sebagai Nuclear Technology Service Provider (NTSP).