Soal Brimob Tangkap BAIS TNI di Slipi, Kornas Kawan Indonesia: Jangan Dibesar-besarkan
- Dok. Istimewa
VIVA Jakarta – Koordinator Nasional (Kornas) Kawan Indonesia, Darmawan, mengingatkan seluruh pihak agar tidak memperkeruh suasana pascainsiden salah paham antara personel Brimob dan anggota BAIS TNI di kawasan Slipi, Jakarta Barat, pada 28 Agustus 2025.
Ia menegaskan pentingnya menjaga persatuan dan tidak membuat narasi yang bisa memecah belah bangsa.
“Insiden di Slipi adalah murni kesalahpahaman teknis di lapangan dan sudah selesai dengan baik. Jangan sampai dibesar-besarkan menjadi isu yang memecah belah. Kami berharap pimpinan Brimob di Jakarta bisa memberikan klarifikasi secara bijak agar masyarakat tetap tenang dimana kita sudah lihat TNI sudah berikan klarifikasi langsung oleh Wakil Panglima TNI,” kata Darmawan dalam keterangan tertulis, Kamis, 4 September 2025
Berdasarkan penelusuran Kawan Indonesia, peristiwa itu bermula ketika Mayor S, perwira BAIS TNI, bersama empat anggota melaksanakan tugas pemantauan aksi unjuk rasa di sektor Flyover Slipi. Dalam dinamika pengamanan, massa dipukul mundur hingga ke arah Pejompongan dan Benhil.
Namun, Mayor S sempat diamankan oleh patroli motor Brimob karena mengenakan pakaian sipil. Setelah diperiksa identitasnya dan menunjukkan surat tugas, situasi langsung diklarifikasi.
Identitas dikembalikan, kedua pihak berjabat tangan, dan masing-masing kembali ke tugasnya.
“Fakta di lapangan menunjukkan, setelah dialog singkat, semua selesai dengan saling menghormati. Jadi tidak ada yang perlu dibesar-besarkan,” jelas Darmawan.
Lebih lanjut, ia menekankan perlunya sikap terbuka dari pimpinan Brimob di Jakarta agar publik tidak salah paham. Darmawan mencontohkan kasus serupa di Sumatera Selatan, di mana klarifikasi cepat dari pimpinan Brimob berhasil meredam potensi kesalahpahaman.
“Dengan klarifikasi yang tenang dan terbuka, masyarakat akan semakin percaya bahwa TNI dan Polri tetap solid di lapangan,” tambahnya.
Darmawan juga mengingatkan peran media massa agar bijak dalam menyajikan informasi. Ia menekankan media seharusnya menjadi penyejuk, bukan memperkeruh keadaan dengan framing yang salah.
“Media punya peran mulia dalam menjaga persatuan. Sampaikan informasi yang benar dan utuh, jangan sampai framing yang salah membuat publik terprovokasi. Mari kita semua dewasa dalam menyikapi peristiwa ini,” ujarnya.
Ia berharap semua pihak dapat mengambil hikmah dari kejadian tersebut. Menurutnya, kesalahpahaman dalam situasi pengamanan bisa saja terjadi, namun yang utama adalah sikap besar hati untuk menyelesaikannya.
“Soliditas TNI dan Polri adalah benteng bangsa. Mari kita jaga bersama dengan narasi yang menyejukkan, bukan yang memecah belah,” tutup Darmawan.