Target Impor Jutaan Sapi Perah Masih Jauh, Industri Susu Nasional Gelisah
- Dok. Istimewa
“Susu segar tidak selalu terserap, kadang dibeli dengan harga sangat rendah. Kalau industri masih lebih memilih susu impor, maka peternak akan terus jadi penonton,” tegasnya.
Kondisi ini semakin genting sejak bergulirnya Program Makan Bergizi Gratis (MBG) dan Minum Susu Gratis. Program yang menargetkan 80 juta siswa itu membutuhkan 16 juta liter susu segar setiap hari sekolah, atau setara 3,2 miliar liter per tahun. Padahal, produksi nasional baru 1 miliar liter per tahun.
Dari hitungan teknis, untuk memenuhi kebutuhan tersebut Indonesia memerlukan 800 ribu–1 juta ekor sapi perah produktif. Saat ini populasinya baru sekitar 600 ribu ekor. Kekurangan ratusan ribu ekor menjadi tanda bahaya serius.
Masalah distribusi pun tak kalah pelik. Tanpa rantai dingin yang kuat, susu segar rawan terbuang dan sulit menjangkau daerah terpencil. Jika Industri Pengolahan Susu (IPS) tak segera beralih menyerap susu lokal, tambahan sapi impor hanya akan jadi angka di atas kertas.
Padahal, jika IPS serius, manfaatnya luar biasa: produksi tambahan 2 miliar liter per tahun, penghematan devisa Rp60 triliun, dan ratusan ribu lapangan kerja baru.
Kehadiran 523 ekor sapi asal Australia hari ini memang langkah kecil. Namun, di baliknya ada keresahan besar yang menyuarakan harapan: agar Indonesia tidak terus bergantung pada susu impor dan benar-benar mampu berdiri di atas kaki sendiri.