Wamendikdasmen Fajar Apresiasi Model Pendidikan Berbasis Masjid di Solo
- istimewa
VIVA Surakarta – Mengintegrasikan masjid dan pendidikan dalam membangun dan memperkuat karakter bangsa, sangat penting. Itu dikatakan Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen), Fajar Riza Ul Haq.
Fajar mengatakan itu, dalam peluncuran dan bedah buku Integrasi Masjid dan Pendidikan karya KH. Marpuji Ali, tokoh pendidikan Muhammadiyah yang dikenal sebagai penggagas sekolah unggulan berbasis masjid di Indonesia.
Wamen Fajar menyampaikan apresiasi kepada KH. Marpuji Ali. Dimana dia telah membuktikan kalau sekolah tidak sekedar mencerdaskan anak bangsa. Tetapi juga ladang dakwah dan pusat pemberdayaan umat.
“Prinsip beliau sederhana namun mendalam: AUM harus disengkuyung bersama, semua milik persyarikatan, dan diperlukan kolaborasi serta pikiran terbuka untuk mewujudkan AUM unggul,” ujar Fajar mengutip pesan KH. Marpuji Ali, dalam keterangannya yang diterima VIVA Jakarta.
Gagasan nyata yang saat ini bisa dilihat adalah Sekolah Muhammadiyah Kottabarat. Sekolah ini lahir dari kompleks masjid dan menjadi contoh “sekolah urban berkemajuan.”
“Model ini memadukan empat modalitas: keberjemaahan spiritual masjid, tata kelola manajerial pendidikan, penguatan sosial komunitas, serta keahlian pendidikan profesional,” terang Wamen Fajar
Dalam kesempatan tersebut, Fajar juga merefleksikan pemikiran dari Marpuji Ali tersebut dengan karya 'Muslim Tanpa Masjid' oleh Kuntowijoyo. Dimana Kuntowijoyo menggariskan bahwa visi konseptual revitalisasi masjid di ranah publik. Sedangkan Marpuji menghadirkan bukti nyata dari konsep revitalisasi masjid di ranah publik.
Marpuji Ali menghadirkan bukti nyata bahwa visi tersebut dapat diwujudkan melalui inovasi manajerial di sekolah.
“Buku ini menjadi proof of concept bahwa masjid dapat menjadi pusat pendidikan, pemberdayaan, dan pembangunan karakter,” jelasnya.
Sekolah berbasis masjid juga disoroti Wamen Fajar. Menurutnya, ini sejalan dengan program prioritas Kemendikdasmen. Yakni revitalisasi sekolah berbasis komunitas, integrasi pendidikan karakter, dan kolaborasi lintas pihak. Fajar menegaskan, pendekatan ini akan memperkuat SDM unggul berkarakter yang dibutuhkan untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Di Solo ini, Wamen Fajar hadir dalam gelaran Masa Taaruf kepada 8000 mahasiswa baru Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Fajar berpesan kepada seluruh mahasiswa untuk tidak takut bermimpi besar meski memulai dari keterbatasan.
“Dalam semangat Dirgahayu Indonesia, mari kita warisi semangat para pendiri bangsa ini, agar di tahun 2045 Indonesia benar-benar menjadi bangsa yang unggul, berkarakter, dan berperadaban mulia,” pungkasnya.