PLTN Butuh SDM Andal, Indonesia Disarankan Belajar ke Negara Maju
- Istimewa
Sementara, Direktur PT Intergy Indonesia - Muhammad Mauliddin Nugraha yang turut jadi pembicara di forum juga melontarkan pandangannya. Ia mengaku pihaknya ditunjuk secara langsung oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) sebagai lembaga pelatihan bersertifikasi pada bidang tenaga nuklir.
Dia menekankan, Intergy termasuk mampu mensertifikasi para pekerja seperti petugas proteksi radiasi dan petugas eamanan zat radioaktif.
"Tugas kami pada forum ini adalah memberikan wawasan terkait Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) yang dalam waktu dekat akan dibangun di Indonesia," ujar Mauliddin.
Lebih lanjut, ia menaruh harapan dengan materi yang dipaparkan, para peserta memahami seberapa besar peluang serapan tenaga kerja serta bidang yang dibutuhkan di PLTN tersebut.
Mauliddin menambahkan jika PLTN jadi dibangun, RI dianggapnya sudah mampu dari sisi pengadaan SDM. Ia mengatakan demikian karena salah satunya RI memiliki Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir. Sekolah itu kini berubah menjadi Politeknik Teknologi Nuklir Indonesia yang berada di Yogjakarta.
Kemudian, ia menuturkan di bawah otoritas BRIN, politeknik tersebut menyelenggarakan pendidikan formal vokasi untuk mencetak para ahli teknologi nuklir. Sementara, PT Intergy Indonesia berperan menyelenggarakan pelatihan dan memberikan kompetensi khusus di bidang ketenaganukliran untuk para pekerja.
Sebelumnya dalam pelaksanaan seminar terkait nuklir yang digelar Forum Pekerja Radiasi turut hadiri sejumlah pembicara seperti Plt. Kepala Badan pengawas tenaga nuklir (BAPETEN). Selain itu, hadir juga Dewan Energi Nasional (DEN), Presiden China National Nuclear Corporation Indonesia, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) serta Balai besar survei dan pengujian KEBTKE.