Muncul Fenomena Rojali dan Rohana, Legislator PDIP: Indikator Turunnya Daya Beli Masyarakat
- Istimewa
Jakarta – Anggota Komisi VI DPR dari Fraksi PDI Perjuangan, Darmadi Durianto, menyoroti fenomena “rombongan jarang beli” (Rojali) dan “rombongan hanya nanya” (Rohana) yang kini ramai diperbincangkan publik.
Menurutnya, kemunculan tren ini harus dilihat dari sejumlah indikator ekonomi baik secara mikro maupun makro.
"Jadi kalau ada indikator atau data, kita bisa tahu daya beli masyarakat lagi turun atau naik kan," kata Darmadi dalam keterangannya pada wartawan
Darmadi menjelaskan, terdapat beberapa indikator yang mencerminkan penurunan daya beli masyarakat. Pertama, Non Performing Loan (NPL) di perbankan untuk Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) naik cukup drastis bahkan melampaui masa pandemi Covid-19.
Ia menilai hal ini menunjukkan bahwa banyak masyarakat kini kesulitan mencicil rumah.
"Itu kan sudah indikator orang sudah kesulitan," tuturnya.
Indikator kedua, lanjutnya, adalah undisbursement loan, atau pinjaman-pinjaman yang telah disetujui bank namun tidak dicairkan oleh debitur, yang saat ini mencapai Rp2.350 triliun.
Darmadi menjelaskan bahwa debitur memilih untuk menahan pencairan kredit karena kondisi pasar yang lesu.
"Mereka yang sudah dikasih kredit oleh bank, tapi tidak dipakai ini beralasan karena kalau digunakan daya belinya lesu dan tidak ada yang beli. Jadi buat apa mereka ekspansi," ucapnya.
Indikator ketiga, tambah Darmadi, adalah turunnya indeks keyakinan konsumen. Ia menegaskan bahwa keseluruhan indikator tersebut menunjukkan penurunan daya beli masyarakat yang cukup signifikan.
"Makanya banyak berjalan rojali, rohana dan ada juga rohalus (Rombongan hanya elus-elus) saja di mall. Jadi semua indikator menunjukkan penurunan," pungkas Darmadi.