Analisa Ekonom soal Kesepakatan Dagang RI-AS: Sudah Membuat Kita Terhindar dari Kemungkinan Terburuk

Grafik kinerja pasar saham negara-negara
Sumber :
  • Bloomberg

Jakarta, VIVA - Perjanjian dagang antara RI dengan Amerika Serikat (AS) sudah disepakati. Kini, imbasnya perlu dilihat apakah positif atau negatif bagi RI.

Ekonomi RI Tumbuh 5,12%, Ungguli Malaysia dan jadi Salah Satu yang Tertinggi di ASEAN

Kepala Ekonom Trimegah Sekuritas Indonesia, Fakhrul Fulvian menjelaskan untuk melihat apakah perjanjian dagang RI-AS berdampak positif atau negatif, tentunya sentimen pasar akan menjadi hal yang lebih dilihat. 

Menurut Fakhrul, terlepas dari segala pro-kontra yang ada, hasil dari kesepakatan perdagangan ini diterima dengan baik oleh pasar keuangan. 

Istana Minta Fenomena Pengibaran Bendera Once Piace Tak Ganggu Kesakralan HUT RI

Dia bilang sejak tercapainya kesepakatan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah naik sebesar 3.68%. Dijelaskan dia, angka itu merupakan kenaikan terbesar di antara bursa saham lain di Asia.

Kata Fakhrul, bursa negara lain di Asia tidak mendapatkan sentimen positif sebesar RI. 

Desakan Kuat dari Demokrat: Trump Harus Segera Akhiri Perang di Gaza

“Hasil kesepakatan dagang ini sudah membuat kita terhindar dari kemungkinan terburuk dari ketidakpastian berkepanjangan,” kata Fakhrul, dalam keterangannya dikutip pada Selasa, 29 Juli 2025. 

Menurut dia, meski ada beberapa pertanyaan yang muncul terkait pembelian barang-barang dari AS, secara neraca dagang adalah netral. 

"Hal ini karena sebenarnya pembelian pesawat dan produk pertanian dampak utamanya adalah adanya pergeseran vendor dari negara lain ke Amerika Serikat. Kita harus paham, ini kondisinya berat, lanjut Fakhrul.

Pun, ia menekankan re-wiring impor dari negara lain ke AS harus dilakukan. Selain itu, Fakhrul bilang, terlepas dari hasil perjanjian dagang dengan AS, RI harus mengoptimalkan prospek dari EU-CEPA. Dengan demikian, pasar RI ke negara lain terutama Uni Eropa tetap terjaga. 

Fakhrul juga menanggapi kontroversi utama yang mengemuka tentang data rakyat RI. Bagi dia, negara tetap harus mengutamakan kepentingan rakyat RI. 

Dia menekankan hal itu karena data adalah masa depan perekonomian dunia. Maka itu, RI harus tetap mengutamakan ketahanan nasional dan terus berusaha mencari implementasi yang win-win dengan mitra dagang. 

Kemudian, Fakhrul menuturkan setelah kesepakatan dagang, ada tiga hal yang harus diperhatikan untuk perbaikan ekonomi. Ia menyebut tiga hal itu yakni percepatan belanja pemerintah dan insentif, lalu penerbitan DimSum Bond dan Kangaroo Bond Pemerintah dalam mata uang RMB dan AUD untuk membantu likuiditas nasional. Kemudian, keberlanjutan dari pemotongan suku bunga Bank Indonesia.

Sebelumnya, kesepakatan dagang antara RI an AS terkuak setelah bocoran dari Presiden AS Donald Trump. Trump menyampaikan kerangka kerja perjanjian dagang berisi poin-poin kesepakatan antara AS-RI tentang tarif resiprokal.

Salah satu poin kesepakatan yaitu tarif 19 persen untuk barang-barang ekspor RI yang masuk AS. 

"Presiden Donald J. Trump mengumumkan kesepakatan penting dengan Indonesia yang akan menyediakan akses pasar bagi warga Amerika di Indonesia yang semula dianggap mustahil dan membuka terobosan besar bagi manufaktur, agrikultur, dan sektor digital Amerika," demikian pernyataan resmi Gedung Putih, pada Selasa, 22 Juli 2025.